Kamis, 14 Juli 2011

MANUSIA



Kita mahfum bahwa manusia adalah mahluk sosial yang tak dapat hidup seorang diri. Ia selalu butuh bergaul, menjalin hubungan bahkan mengikatkan dirinya dengan manusia lain. Manusia membutuhkan teman. Manusia butuh untuk mengenal dan dikenal oleh orang lain.
Manusia tak bisa hidup seorang diri seumur hidupnya. Sudah menjadi kodratnya, sejak lahir hingga wafatnya manusia memerlukan orang lain. Seorang pakar membagi tingkat-tingkat hubungan manusia menjadi tiga fase. Pertama, manusia tergantung pada orang lain. Pada fase ini ia belum banyak tahu tentang berbagai hal sehingga selalu memerlukan pertolongan orang lain.
Ini merupakan kesadaran tingkat awal diri seseorang dalam memahami hubungannya dengan orang lain. Fase berikutnya, manusia merasa tidak lagi tergantung pada orang lain. Ia menyebutnya sebagai kemandirian. Ia merasa mampu mengatasi semua persoalan sebagai akibat bertambahnya kepercayaan diri dan wawasannya. Namun fase ini bukanlah bentuk fase akhir.
Pada fase ketiga, fase kesalingtergantungan, manusia menyadari bahwa hubungan antar manusia adalah hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain. Ini adalah fase ideal dan alami yang dapat diterapkan dalam hubungan kita dengan orang lain. Hubungan antar manusia terjalin karena adanya kesalingtergantungan.
  • Pertanyaan #1–Apakah anda merasakan kebutuhan anda untuk bermasyarakat? Berteman? Atau setidaknya berkenalan dengan orang-orang yang ada di sekitar anda? Mengapa? Apakah karena anda memerlukan mereka? Atau mereka yang memerlukan anda? Apa makna “memerlukan” itu bagi anda?
Hubungan kita dengan orang lain terjalin semenjak lahir. Secara aktif kita memperluas hubungan dan membina pergaulan dengan “orang luar” ketika memasuki masa sekolah. Hubungan persahabatan kita biasanya juga berasal dari teman-teman yang kita kenal di sekolah semenjak kecil.
Kemampuan kita untuk berkenalan,bergaul, berteman, membina persahabatan kita asah sejak dini. Beberapa orang mempunyai kepribadian tertentu yang menyebabkan ia begitu mudah mendapatkan teman, sedang bagi beberapa orang lain tampak sulit. Sebenarnya para pakar percaya bahwa bergaul adalah sebuah ketrampilan yang bisa dipelajari.
Meski kita tak perlu mengubah seluruh sendi-sendi kepribadian, namun kita bias pelajari bagaimana kita bisa membuka hubungan. Bagaimana pun sebuah kepribadian yang khas merupakan kekuatan kita dalam berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan terkuak ketika kita menemukan persamaan di antara kita, baik persamaan tujuan, minat, tempat, dan lain sebagainya. Beberapa hubungan terjadi karena suatu kesengajaan. Dan, lebih banyak hubungan terjalin karena terjadi begitu saja.
Lebih banyak persinggungan kita dengan orang lain terjadi tanpa tanpa harus bisa kita pahami mengapa. Oleh karena itu kemampuan bergaul yang baik bukan sekedar ketrampilan yang bisa dipelajari begitu saja, melainkan juga sebuah penanaman nilai-nilai dalam diri yang menunjang keterbukaan kita untuk bisa berhubungan dengan orang lain tanpa menimbulkan masalah. Bergaul adalah tentang kesadaran akan keterkaitan diri kita dengan orang lain dan lingkungan.
  • Pertanyaan #2–Atas dasar apakah anda bersedia berkenalan dan menjalin hubungan dengan orang lain?
Persoalannya bukan bagaimana kita bisa membuka sebuah hubungan, namun kesadaran mengapa kita melakukan hubungan. Dalam dunia bisnis, kita belajar bahwa hubungan kita jalin karena adanya kepentingan yang harus kita penuhi. Kita menghubungi pemasok atau pelanggan karena kebutuhan kita akan kerja sama mereka.
Hal ini tentu tidak salah. Namun, perlu disadari bahwa ketika kita membuka sebuah pintu hubungan, pintu itu akan senantiasa terbuka. Tak mungkin kita menghapus hubungan.
Ia akan senantiasa ada di sana, dalam bentuk apa pun. Hubungan yang kita jalin hari ini, sadar atau tidak, masih akan memberikan “sesuatu” bagi kita hingga bertahun-tahun ke depan, bahkan ketika kita sudah wafat sekali pun.
Pemahaman ini menuntun kita untuk menyadari bahwa tak ada satu hal yang lebih berharga dalam sebuah hubungan selain menjalinnya dengan kebaikan. Prinsipnya sederhana saja, siapa yang menabur angin akan menuai badai. Bila kita menjalin hubungan dengan baik, maka kebaikan pula yang akan kita tuai.
  • Pertanyaan #3–Apakah anda “mengenal” teman-teman dan orang-orang yang ada disekitar anda? Apakah anda menemukan “anda” pada orang-orang di sekitar anda? Apakah anda percaya bahwa mereka menjadi cermin bagi diri anda?
Orang-orang yang kita kenal adalah cermin berjalan bagi diri kita. Penerimaan yang hangat dari orang lain adalah sebuah balasan atas penerimaan kita yang hangat pada orang lain. Sebaliknya, penerimaan yang dingin tak lain tak bukan hanya cerminan dari dinginnya perlakuan kita pada orang lain. Cepat atau lambat kita akan menyadari hal ini.
  • Pertanyaan #4–Apakah anda mampu berbaik hati pada orang-orang yang anda kenal? Tak menaruh prasangka dan kepentingan-kepentingan pribadi selain hubungan itu sendiri?
Banyak orang menganggap bahwa menjalin hubungan adalah dengan berbicara secara aktif. Jarang disadari bahwa mendengar secara aktif adalah sebuah bentuk komunikasi lain yang menunjukkan sebuah penerimaan. Mari kita perhatikan bahasa yang kita gunakan dalam sebuah perbincangan.
Tak jarang kita tergerak untuk mengucapkan, “saya adalah … “, “saya pernah …”, dan seterusnya. Tanpa disadari sebenarnya ini adalah sebuah bentuk halus dari kecenderungan ego yang bisa menyebabkan gagalnya sebuah hubungan terbina dengan baik. Pada awalnya, suatu hubungan terbentuk karena adanya kepentingan, namun menjalin hubungan bukan untuk kepentingan diri sendiri.
Pertanyaan #5–Menurut anda, apakah makna kenalan, teman, sahabat? Apakah anda memiliki banyak sahabat?
Hidup ini terasa kaya bila kita dikelilingi oleh orang-orang yang baik pada kita. Kenalan, teman, sahabat, kerabat, saudara, siapa pun yang ada di sekitar kita adalah kekayaan yang tiada terkira. Sebaliknya kita pun dapat menjadi kekayaan bagi orang lain dengan bersikap baik pada mereka. Menjalin hubungan semestinya adalah untuk saling memperkaya, memperkuat, satu sama lain.
KEGIATAN ALTERNATIF
Anda perlu mengenal orang-orang yang ada di sekitar anda. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak anda mengenal dan menilai seberapa jauh pemahaman anda akan orang lain. Di sudut yang lain, juga untuk mengajak anda menyadari apa yang ada di balik setiap hubungan yang anda jalin selama ini.
1–Tuliskan nama, baik nama maupun julukan, dari teman-teman anda semasa sekolah (SMA) dahulu. Apakah di saat anda menuliskannya anda mampu mengingat wajah, perilaku, atau hal-hal lain yang menarik dari mereka? Hitung berapa banyak nama yang mampu anda ingat dan anda tulis. Apakah anda merasa mempunyai teman-teman yang baik?
2–Kini tuliskan status dari teman-teman anda tadi. Misal, pendidikan, perkawinan, alamat tempat tinggal dan kerja mereka. Apakah anda hingga kini masih terhubungkan dengan teman-teman anda? Bila ya, mengapa? Apa yang merekatkan hubungan anda dengan mereka? Apakah karena usaha? Atau sekedar pertemanan itu sendiri?
3–Tuliskan nama, dan keterangan lain tentang teman-teman sekerja anda sekarang. Semestinya anda mampu mengingat wajah, perilaku, dan kekhasan mereka lainnya.
Anggap saja anda adalah seorang manajer personalia yang diminta untuk memberikan referensi bagi teman-teman anda tersebut yang sedang mencari pekerjaan. Berilah rekomendasi berdasarkan penilaian anda. Temukan apakah anda mampu mengenal mereka dengan cukup baik?
4–Kini coba anda pelajari dan pahami, seandainya teman-teman anda bertindak sebagai seorang manajer personalia yang anda minta rekomendasi atau referensinya untuk anda yang sedang mencari pekerjaan.
Tuliskan, apakah teman anda tersebut mengenal anda dan bersedia memberikan rekomendasi sesuai yang anda maksud? Apakah anda merasa cukup dikenal oleh orang lain? Apa kesan mereka terhadap anda yang telah bergaul sekian lama?
5–Amati orang-orang yang ada di sekitar anda. Apakah ketika bertatapan mata dengan anda mereka menunjukkan penerimaan pada tatapan anda? Apakah anda cukup hangat? Dingin? Atau anda tidak tahu bagaimana sebenarnya anda sendiri.
Kita selalu berhubungan dengan orang lain. Kita mampu berhubungan dengan baik saat masing-masing orang mengenal persamaan-persamaan. Itulah mengapa “kenal” berarti tahu dan dekat. Bahkan ketika kita tahu tentang perbedaan pun, itu tak berarti menutup sebuah hubungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar